Jangan Revolusi!! (bag. 2)
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Bagian dari sunatullah, Allah jadikan semua manusia yang ada di sekitar kita merupakan sumber fitnah bagi yang lain..
Allah berfirman,
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
Kami jadikan sebagian kalian menjadi ujian bagi sebagian yang lain. Sejauh mana kalian sanggup bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat. (QS. al-Furqan: 20)
Lelaki menjadi ujian bagi wanita, wanita juga ujian bagi lelaki…
Orang kaya menjadi ujian bagi si miskin, yang miskin juga ujian bagi si kaya
Rakyat menjadi ujian bagi pemerintah, dan pemerintah juga ujian bagi rakyat…
Baca artikel sebelumnya: Jangan Revolusi Bagian 1
Dan pemenangnya adalah siapa yang paling bisa bersabar dalam menghadapi semua potensi ujian di atas. Karena bawaan dari hidup bermasyarakat, pasti akan ada diantara mereka yang menjadi sumber masalah bagi yang lain. Ketika sumber masalah ini punya kekuatan yang lebih besar, akan menjadi masalah besar jika dia dilawan dengan kekerasan.
Yusair bin Amr bercerita kejadian ketika terjadi konflik antar kelompok di zaman sahabat. Dia bersama beberapa rekannya mendatangi sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
“Berikan nasehat untuk kami, karena masyarakat sedang mengalami ujian, dan kami tidak tahu apakah nanti bisa bertemu anda atau tidak?”
Kemudian Ibnu Mas’ud mengatakan
اتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا حَتَّى يَسْتَرِيحَ بَرٌّ ، أَوْ يُسْتَرَاحَ مِنْ فَاجِرٍ ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ عَلَى ضَلاَلَةٍ
Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah, hingga orang baik beristirahat atau kalian diistirahatkan dari orang jahat. Bergabunglah dengan jamaah (kesatuan umat), karena Allah tidak mungkin menggabungkan umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kesesatan. (HR. Ibnu Abi Syaibah 38347)
Ketika terjadi ketegangan antar-kaum muslimin, pesan Ibnu Mas’ud adalah mengambil sikap mengalah untuk kemaslahatan. Ketika mereka bersabar, bertaqwa kepada Allah semampunya, akan memperkecil dampak fitnah. Karena ujung akhirnya hanya ada 2 kemungkinan, orang baik yang meninggal duluan, sehingga dia bisa beristirahat. Atau orang jahat meninggal, sehingga orang baik akan diistirahatkan.
Pesan yang sama juga pernah disampaikan Amirul Mukminin, Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Umar berpesan kepada Suwaid bin Ghaflah,
إِنِّي لاَ أَدْرِي لَعَلِّي لاَ أَلْقَاك بَعْدَ عَامِي هَذَا , فَاسْمَعْ وَأَطِعْ وَإِنْ أُمِّرَ عَلَيْك عَبْدٌ حَبَشِيٌّ مُجْدَعٌ , إِنْ ضَرَبَك فَاصْبِرْ , وَإِنْ حَرَمَك فَاصْبِرْ , وَإِنْ أَرَادَ أَمْرًا يَنْتَقِصُ دِينَك فَقُلْ : سَمْعٌ وَطَاعَةٌ , دَمِي دُونَ دِينِي , فَلاَ تُفَارِقَ الْجَمَاعَةَ
Saya tidak tahu, apakah saya masih bisa bertemu di tahun ini atau tidak…
Dengarkan dan taati pemimpinmu, meskipun yang menjadi penguasamu budak ethiopia rambutnya ikal. Jika dia memukulmu, sabar. Jika dia tidak memberikan hak kepadamu, sabar. Namun jika dia menghendaki sesuatu yang merusak agamamu, sampaikan ke dia, “Saya siap mendengar dan taat (selain yang melanggar agama), darahku pelindung agamaku.” Dan jangan memisahkan diri dari jamaah (kesatuan umat). (HR. Ibnu Abi Syaibah 34400, al-Khallal dalam as-Sunah, 1/111)
Kita bisa memahami 3 hal dari pesan Umar di atas,
[1] Siap sedia untuk mengikuti aturan pemerintah
[2] Jika pemerintah memaksa mengambil hak kita terkait masalah dunia atau fisik kita, kita berikan dan tidak melawan (bersabar)
[3] Jika pemerintah memaksa kita untuk melakukan pelanggaran agama, kita tidak melawannya, tapi tidak boleh mentaatinya.
[4] Jika pemerintah mengamcam bunuh, maka darah kita menjadi pelindung agama kita, artinya tidak masalah dibunuh, yang penting agama kita selamat. Dan ini bukan termasuk melawan.
Masa Bersabar itu Tidak Lama
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
نَهَانَا كُبَرَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ : ” لا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ ، وَلا تَغِشُّوهُمْ ، وَلا تَبْغَضُوهُمْ ، وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا ؛ فَإِنَّ الأَمْرَ قَرِيبٌ
Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang senior melarang kami, mereka mengatakan,
Janganlah kalian menghina pemimpin kalian, jangan menipu mereka, dan membuat mereka marah. Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Karena urusan ini pendek. (HR. Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunah 1015, at-Tamhid 21/287 dan yang lainnya).
Badai pasti berlalu… sehingga ujian berupa pemimpin yang jahat, pemimpin yang dzalim, tidaklah lama.
bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi untuk bersabar sampai dengan janji akan bertemu beliau di akhirat.
Dari Usaid bin Khudhair radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَتَلْقَوْنَ بَعْدِى أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِى عَلَى الْحَوْضِ
Setelah aku meninggal, kalian akan menjumpai sikap pemimpin yang mementingkan diri sendiri. Karena itu bersabarlah, sampai kalian berjumpa denganku di telaga. (HR. Bukhari 3792 & Muslim 4885)
Sekali lagi, beliau banyak meminta rakyat untuk bersabar terhadap kejahatan pemimpin, bukan karena beliau tidak sayang kaum muslimin sebagai rakyat… justru ini menunjukkan kasih sayang beliau kepada umatnya, agar tidak terjadi pertumpahan darah di tengah mereka…
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/29174-jangan-revolusi-bag-2.html